Mandalika,http://radarreclasseering.com –Ada sesuatu yang berbeda di Tikungan 8 Sirkuit Mandalika. Para pembalap menyebutnya the balance point, titik di mana mesin, aspal, dan keberanian berpadu sempurna.
Konon Tikungan 8 bukan sekadar belokan. Ini adalah gerbang gaib, tempat Putri Mandalika turun setiap kali deru mesin memecah sunyi pantai selatan.
Sejak Mandalika menggelar MotoGP 2022, cerita mistis terus hidup. Kadang hujan datang tiba-tiba, kilat menyambar tanpa tanda, dan angin laut Seger berembus tak menentu. Para teknisi menyebutnya crosswind, tapi warga lokal percaya, itu angin penanda kedatangan Sang Putri. Kadang aroma garam laut lenyap, berganti wangi kenanga samar.
“Panas, tapi bulu kuduk berdiri,” kata seorang marshal.
Mereka bilang, siapa pun yang melewati Tikungan 8 dengan tenang tanpa melawan lintasan, sedang mendapat restu.
Miguel Oliveira membuktikannya di 2022, melaju mulus di tengah badai, saat pembalap lain terpeleset.
“Entah kenapa, motor saya terasa stabil,” ujarnya. Seorang tokoh spiritual hanya tersenyum: “Itu restu Putri Mandalika.”

Dari udara, Tikungan 8 berada di titik seimbang di antara laut dan bukit, cepat dan pelan, dunia nyata dan dunia gaib.
“Tikungan 8 adalah jantung Mandalika.”
Uniknya, angka 8 kini punya makna baru, Presiden ke-8 RI, Prabowo Subianto, simbol keseimbangan dan keberlanjutan. Seolah semesta ikut menjaga harmoni antara tanah, laut, dan langit Mandalika.
Menjelang race day, warga berdoa di balik Tikungan 8 agar cuaca bersahabat. Dan benar, hujan reda, langit cerah. Kebetulan? Entahlah. Tapi di Mandalika, yang percaya tak butuh bukti.
Kini setiap MotoGP tiba, penonton tak hanya menunggu balapan. Mereka menunggu momen-momen aneh itu, kilat, angin, atau pembalap yang menyalip dengan tenaga dari semesta.
Penonton mulai menyebutnya: “Tikungan Restu.”
Mungkin suatu hari nanti, ketika Presiden ke-8 berdiri di paddock, ia akan melihat sang juara sejati melintasi Tikungan 8, bukan sekadar cepat, tapi menyatu dengan restu alam.

Karena di Mandalika, kemenangan sejati bukan soal keberanian, tapi siapa yang paling mampu ” meraih restu sang Putri ”
Oleh : Taufan Rahmadi
Penulis Buku Dende Mandalika
*(Ranti)